Shueisha telah mengumumkan bahwa mereka telah menunda edisi ke-21 majalah Weekly Shonen Jump tahun ini selama satu minggu. Penerbit tersebut akan memasukkan isi dari edisi itu ke dalam edisi gabungan ke-21 dan ke-22 pada tanggal 27 April. Shueisha pada awalnya merencanakan untuk merilis edisi ke-21 itu pada tanggal 20 April.
Shueisha menjelaskan bahwa ada kemungkinan bahwa seorang individu berusia 40-an dalam departemen editorial majalahnya telah terinfeksi penyakit coronavirus baru (COVID-19). Seorang karyawan melaporkan pada hari Kamis, 2 April bahwa ia demam dan menahan diri untuk tidak pergi bekerja. Karyawan itu pergi ke rumah sakit dan diperintahkan untuk tinggal di rumah sambil menunggu hasil tes PCR. Shueisha menekankan bahwa karyawan ini tidak dipekerjakan pada posisi di mana mereka berinteraksi langsung dengan kreator manga.
Sebagai tanggapan, Shueisha memerintahkan para karyawannya untuk bekerja dari rumah mulai Senin, 6 April. Selain itu, departemen editorial Weekly Shonen Jump telah menghentikan sementara semua pekerjaan untuk semakin menurunkan risiko tersebarnya infeksi ke kreator manga dan orang lain yang terlibat dalam majalah ini.
Edisi ke-20 majalah masih akan dirilis sesuai jadwal yang akan datang Senin ini, 13 April. Edisi ke-19 majalah (gambar di atas) telah dirilis pada tanggal 6 April.
Penerbit Shogakukan telah mengumumkan pada akhir bulan lalu bahwa salah satu karyawannya didiagnosis dengan COVID-19, dan kemudian melaporkan karyawan kedua yang didiagnosis mengidap penyakit itu hanya beberapa hari kemudian. Shogakukan mengumumkan perintah kerja dari rumah untuk semua karyawannya dari 27 Maret hingga 10 April.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat di prefektur Tokyo, Kanagawa, Saitama, Chiba, Osaka, Hyogo, dan Fukuoka pada tanggal 7 April hingga 6 Mei. Departemen editorial Shonen Jump dari Shueisha ada di Tokyo.
Kasus COVID-19 yang pertama kali dilaporkan terjadi di Wuhan, Cina pada bulan Desember, dan kemudian mulai menyebar dalam berbagai tingkat dan intensitas di banyak bagian dunia melalui inkubasi pada inang manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan darurat kesehatan dunia pada tanggal 30 Januari, dan mengumumkan pada tanggal 11 Maret bahwa mereka mengklasifikasikan wabah sebagai pandemi. Pada tanggal 7 April, WHO melaporkan bahwa ada 1.279.722 orang yang terinfeksi di seluruh dunia. 72.614 orang telah meninggal karena penyakit ini.
Pada tanggal 7 April, WHO melaporkan bahwa Jepang memiliki 3.906 kasus COVID-19 dengan 80 kematian. Angka ini tidak termasuk jumlah kasus dari kapal pesiar Diamond Princess yang merapat di Yokohama. Kapal pesiar itu memiliki 712 penumpang yang terinfeksi dengan 11 kematian.
Sumber: ANN
Comments