Memasuki akhir tahun yang bagi sebagian mungkin kurang berkesan, dan bagi yang lain, mungkin telah menorehkan luka. Tapi, roda waktu tak pernah berhenti berputar, membawa kita semua dalam arusnya yang tak pandang bulu.
Saat kukenang kembali, saat di mana mimpi-mimpi itu mulai terajut, ada getar nostalgia yang menyusup ke dalam jiwa. Bagi kita, para remaja yang kini menua, mengarungi dunia ini semakin menantang. Meski semangat yang berkobar di awal kini mulai meredup, perlahan namun pasti.
Yang terus menghantui pikiranku, “Apakah aku telah menyia-nyiakan waktu yang kumiliki?” Namun, merenungi suka duka yang telah dilewati, mungkin tak semua itu buruk.
Sebenarnya, renungan ini bermula saat kumengenang sebuah anime, “The Place Further Than Universe”, yang pernah diulas seorang YouTuber. Kata-kata dari anime itu yang bergema dalam benakku,
Lebih baik aku berpikir, ‘Andai saja aku pergi!'” atau “Andai saja aku mengikuti rencana Shirase-chan!”
Proyek yang kita jalani ini, meski terlihat masih berjalan, tapi dari rasa dan usaha yang ada, sepertinya hanya berjalan tanpa kekuatan untuk bangkit lagi. Sejatinya, aku ingin terus maju.
Namun, terkadang, melihat perkembangan teknologi yang mengagumkan, aku merasa ciut. Melihat betapa fantastisnya karya mereka membuatku merasa seperti kodok dalam sumur atau ikan dalam akuarium. Apakah ini zona nyaman yang berbahaya bagi pola pikirku?
Aku tak ingin “menyiakan masa muda”. Jika terus maju, tanpa peduli sukses atau gagal, suatu hari mungkin akan ada hasil yang bisa kusyukuri. Lebih baik daripada menyerah karena takut, menyesal, marah, ragu, dan malas menghadapi kegagalan yang mungkin terjadi. Salah kaprah jika aku berhenti sekarang.
Mengingat lagi kata-kata Kimari, “Lebih baik aku berpikir, ‘Andai saja aku pergi!'” atau “Andai saja aku mengikuti rencana Shirase-chan!”, lebih baik menyesal setelah melakukannya, menyesal telah mencapai titik terjauh, daripada menyesal di tengah-tengah keraguan.
Memang, saat kita bertambah dewasa, tanggung jawab pun bertambah. Harus membagi waktu antara kerja dan hobi, yang sebenarnya bukan sekadar hobi, tapi mengejar mimpi.
Harus kuiakui, memang salah satu faktor utama dari segala kekisruhan ini adalah diriku sendiri yang kurang memberikan dukungan yang seharusnya ada. Andai bisa berharap, yang kuinginkan adalah tidak adanya perasan sesal dalam benakmu, biarpun aku tau, akan sangat sulit untuk tidak membuat orang kecewa.
Biarpun dalam benak, merasa bahwa proyek ini terasa gagal, tapi itu merupakan sedikit titik pembuktian bawah apa yang telah dilalui itu terasa berharga, biarpun memang harus di akui bahwa yang lebih penting adalah kemampuan untuk mencoba, bukan karena terpaksa.
Di penghabisan tahun ini, yang memang tidak seperti hasil dari effort tahun sebelumnya, menerima kenyataan agak terasa sedikit menakuktkan, karena harus menerima kenyataan apa yang telah kita perjuangan, tidak membuahkan hasil yang sangat kita inginkan.
Tapi setidaknya diri ini tidak menyesal, karena aku sendirilah yang memilih untuk berada dalam situasi ini.
Kata-kata Kimari lagi-lagi mengingatkanku untuk tetap maju.
“Kita selalu punya pilihan,”
“Tapi kita memilih untuk berada di sini.”
Aku hanya berharap, semoga kita telah memanfaatkan waktu yang ada dengan bijak. Dan jika ada saat-saat yang terasa percuma, semoga itu bisa menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita.
Saat kurenungkan kembali, betapa bersemangat dan ekspresifnya diriku saat bekerja bersama dulu, ada semangat untuk terus berinovasi dalam segala hal. Namun, sekarang, sebagai pekerja berdasi dalam lingkungan kerja yang kurang menyenangkan, seringkali aku hanya ingin waktu cepat berlalu agar bisa bersantai.
Oh, apa yang salah dengan pikiranku? Jika terus begini, aku hanya akan terbelenggu dalam keadaan yang stagnan tanpa ada perkembangan.
Mungkin, jika kita mencoba kembali apakah kita akan menemukan titik yang lebih jauh dari alam semesta itu sendiri, layaknya anime “The Place Further Than The Universe”? Biarpun jika membandingkan dalam sebuah cerita akan sangat tidak logis, tapi setidaknya ini bisa menjadi sedikit kaca perbandingan.
Kenangan oh kenangan yang telah berlalu, semoga kedepannya bisa menjadi lebih lagi, agar tak hanya sebuah rasa kepuasaan tak berwujud yang didapatkan.
Comments