Selama beberapa bulan terakhir, ada sentimen yang meningkat di Jepang bahwa inilah waktunya bagi sekolah disana untuk melihat lagi aturan perilaku siswanya, dan menanyakan apakah para siswa benar-benar berkontribusi pada lingkungan belajar mereka dengan baik. Salah satu kebijakan paling kontroversial dari sekolah ialah siswa harus mengenakan pakaian dalam putih.
Masalah utama yang menjadi bahan perdebatan bukanlah hal seperti, boleh atau tidaknya para siswa memakai pakaian dalam dengan warna yang lain. Masalahnya adalah karena sekolah secara alami ingin memastikan peraturan mereka dipatuhi. Kondisi ini menyebabkan guru/administator terkait untuk—bila memungkinkan—mengecek pakaian dalam siswa , baik dengan menarik tali bra siswinya melalui kerah mereka atau mengeceknya saat mereka mengganti pakaian untuk kelas olahraga.
Peraturan ini memprihatinkan karena tidak hanya dapat melanggar privasi siswa tetapi juga hak asasi manusia mereka. Dewan pendidikan Prefektur Saga yang melakukan studi tentang kebijakan sekolah menanyakan ke 51 sekolah menengah dan atas yang dikelola oleh prefektur. Studi itu menemukan bahwa ada 14 dari 51 sekolah yang memiliki persyaratan pakaian dalam putih . Namun, dalam pertemuan yang diadakan minggu ini, dewan mengumumkan 14 sekolah tersebut sekarang telah menghapus aturan itu yang artinya tidak ada lagi pemeriksaan warna pakaian dalam mulai tahun ajaran 2021 ini dan akan dimulai dalam beberapa minggu mendatang.
Kebijakan lain yang juga dihapuskan adalah ketentuan seragam yang harus berbeda antara siswi perempuan dan siswa laki-laki dari 35 sekolah. Penghapusan kebijakan ini, agaknya terjadi karena berkembangnya pemikiran tentang kesetaraan gender.
Selain itu, tiga sekolah yang mewajibkan siswanya untuk menyerahkan dokumentasi sebagai bukti bahwa para siswanya tidak mengubah warna atau mengkritingkan rambut mereka secara disengaja, kebijakan ini pada akhirnya juga dihapuskan. Sekolah akan lebih didorong untuk mempercayai siswa, di mana mungkin mereka akan mengatakan bahwa rambut yang mereka miliki asli bawaan dari lahir karena akan menjadi pelanggaran jika memang rambut mereka diubah secara sengaja.
Kebebasan tambahan juga diberikan kepada siswa di dua sekolah yang sebelumnya dilarang menggunakan selimut pangku (ruang kelas di Jepang sering kali tidak dipanaskan, bahkan di musim dingin) dan didua sekolah, di mana siswa tidak diizinkan memasang gantungan karakter ke tas sekolah mereka. 13 dari 38 sekolah yang memiliki peraturan mengatur warna kaos kaki dan sweater juga telah memutuskan bahwa siswa dapat membuat pilihan sendiri mulai dari sekarang tanpa rasa takut akan terhambatnya perkembangan akademik mereka.
Tentu saja, masih ada beberapa sekolah di Jepang yang mengadopsi peraturan aneh, tetapi setidaknya untuk anak-anak di Saga, sepertinya semuanya akan menjadi sedikit lebih baik.
Sumber : SoraNews24
Comments